Salam dan bahagia.
Untuk peneguh keyakinan perjuangan kita, Ki Hadjar Dewantara memberikan kita bundelan dan beberapa ajarannya yang disebut “10 Fatwa akan Sendi Hidup Merdeka”, untuk diingat-ingat, direnungkan, dan diamalkan:
- “Lawan Sastra Ngesti Mulya”Dengan pengetahuan kita menuju kemuliaan. lnilah yang dicita-citakan Ki Hadjar dengan Tamansiswanya, untuk kemuliaan nusa bangsa dan rakyat. Sastra herjendrayuningrat pangruwating dyu, ilmu yang luhur dan mulia menyelamatkan dunia serta melenyapkan kebiadaban. Fatwa ini adalah juga candrasengkala, mencatat lahirnya Tamansiswa (tahun 1922).
- “Suci Tata Ngesti Tunggal”Dengan suci batinnya, tertib lahirnya menuju kesempurnaan, sebagai janji yang harus diamalkan oleh tiap-tiap peserta perjuangan Tamansiswa. Fatwa ini juga sebagai candrasengkala, mencatat lahirnya Persatuan Tamansiswa (Tahun 1923).
- “Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia”Berdasarkan asas Tamansiswa, yang menjadi syarat hidup merdeka berdasarkan pada ajaran agama, bahwa bagi Tuhan semua manusia itu pada dasarnya sama; sama haknya dan sama kewajibannya. Sama haknya mengatur hidupnya serta sama haknya menjaIankan kewajiban kemanusiaan, untuk mengejar keselamatan hidup lahir dan bahagia daIam hidup batinnya. Jangan kita hanya mengejar keselamatan lahir, dan jangan pula hanya mengejar kebahagiaan hidup batin.
- “Salam bahagia diri tak boleh menyalahi damainya masyarakat”Sebagai peringatan, bahwa kemerdekaan diri kita dibatasi oleh kepentingan keselamatan masyarakat. Batas kemerdekaan diri kita iaIah hak-hak orang lain yang seperti kita masing-masing sama-sama mengejar kebahagiaan hidup. Segala kepentingan bersama harus diletakkan di atas kepentingan diri masing-masing akan hidup selamat dan bahagia, apabila masyarakat kita terganggu, tidak tertib dan damai. Janganlah mengucapkan “hak diri” kalau tidak bersama-sama dengan ucapan “tertib damainya masyarakat”, agar jangan sampai hak diri itu merusak hak diri orang lain sesama kita, yang berarti merusak keselamatan hidup bersama, yang juga merusak kita masing-masing.
- “Kodrat alam penunjuk untuk hidup sempurna”Sebagai pengakuan bahwa kodrat alam, yaitu segala kekuatan dan kekuasaan yang mengelilingi dan melingkungi hidup kita itu adalah sifat lahirnya kekuasaan Tuhan yang maha kuasa, yang berjalan tertib dan sempuma di atas segala kekuasaan manusia. Janganlah hidup kita bertentangan dengan ketertiban kodrat alam. Petunjuk dalam kodrat alam kita jadikan pedoman hidup kita, baik sebagai alam kita jadikan pedoman hidup kita, baik sebagai orang seorang atau individu, sebagai bangsa maupun sebagai anggota dari alarn kemanusiaan.
- “Alam hidup manusia adalah alam hidup berbulatan”Berarti bahwa hidup kita masing-masing itu ada dalam lingkungan berbagai alam-alam khusus, yang saling berhubungan dan berpengaruh. Alam khusus ialah alarn diri, alam kebangsaan dan alam kemanusiaan. Rasa diri, rasa bangsa dan rasa kemanusiaan ketiga-tiganya hidup dalam tiap-tiap sanubari kita masing-masing manusia. Adanya perasaan ini tidak dapat diungkiri.
- “Dengan bebas dari segala ikatan dan suci hati berhambalah kita kepada Sang Anak”Penghambaan kepada Sang Anak tidak lain daripada penghambaan kita sendiri. Sungguhpun pengorbanan kita itu kita tujukan kepada Sang Anak, tetapi yang memerintahkan kita dan memberi titah untuk berhamba dan berkorban itu bukan si anak, tetapi kita sendiri masing-masing. Di sarnping itu kita menghambakan diri kepada bangsa, negara, pada rakyat dan agama atau terhadap lainnya. Semua itu tak lain penghambaan pada diri sendiri, untuk mencapai rasa bahagia dan rasa damai dalam jiwa kita sendiri.
- “Tetep – Mantep – Antep”Dalam melaksanakan tugas perjungan kita, kita harus tetap hati. Tekun bekerja, tidak menoleh ke kanan dan ke kiri. Kita harus tetap tertib dan berjalan maju. Kita harus selalu “mantep”, setia dan taat pada asas itu, teguh iman hingga tak ada yang akan dapat menahan gerak kita atau membelokkan aliran kita.Sesudah kita tetap dalam gerak lahir kita dan mantep dan tabah batin kita, segala perbuatan kita akan “antep”, berat berisi dan berharga. Tak mudah dihambat, ditahan-tahan dan dilawan oleh orang lain.
- “Ngandel – Kendel – Bandel”Kita harus “ngandel’, percaya, jika kepada kekuasaan Tuhan dan percaya kepada diri sendiri. “Kendel”, berani, tidak ketakutan dan was-was oleh karena kita percaya kepada Tuhan dan kepada diri sendiri. “Bandel”, yang berarti tahan, dan tawakal. Dengan demikian maka kita menjadi “kendel”, tebal, kuat lahir batin kita, berjuang untuk cita-cita kita.
- “Neng – Ning – Nung – Nang”Dengan “meneng”, tenteram lahir batin, tidak nervous, kita menjadi “ning”, wening, bening, jernih pikiran kita, mudah membedakan mana hak dan mana batil, mana benar dan salah, kita menjadi “nung’, hanung, kuat sentosa, kokoh lahir dan batin untuk mencapai cita-cita. Akhimya “nang”, menang, dan dapat wewenang, berhak dan kuasa atas usaha kita.Salam.
Sumber : disini